Skip to main content

HIV/AIDS dan Remaja

Perubahan pola perilaku dan kebiasaan dalam pergaulan dapat memicu terjadinya penularan penyakit pada remaja. Penyakit tersebut salah satunya adalah penyakit yang menyerang sistem imun/kekebalan tubuh remaja, yaitu AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) yang disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus).

HIV/AIDS telah menjadi pandemi di seluruh dunia. Munculnya kelompok rentan pada kalangan remaja, khususnya pada kisaran umur 15-20 tahun, menjadi pusat perhatian dari pandemi AIDS dalam hal penularan, kerentanan dan dampak. Diperkirakan 4000-5000 orang pada kelompok ini terjangkit HIV setiap harinya (depkes.go.id, 2006).

Remaja yang terjangkit/terinfeksi HIV/AIDS disebabkan oleh penggunaan narkoba suntik (IDU/Injecting Drug Users), aktifitas seks tanpa pengaman yang sudah dimulai sejak umur belasan (baik heteroseksual maupun homoseksual), remaja wanita yang bekerja sebagai pekerja seks, dan yang paling alamiah serta merupakan bawaan lahir adalah penularan dari orang tua yang juga terinfeksi HIV/AIDS. Namun, yang paling signifikan dari penyebab penularan di atas adalah penggunaan narkoba suntik. Pola penggunaan jarum suntik secara bergantian bertanggung jawab atas penularan HIV/AIDS pada pengguna narkoba suntik.

Sedangkan untuk aktifitas seks bebas, baik itu untuk remaja pekerja seks atau remaja yang memang aktif secara seksual dengan pasangannya, yang lebih cenderung tertular adalah remaja wanita. Perempuan secara biologis lebih berisiko tertular HIV jika melakukan hubungan seksual tanpa pengaman (kondom) dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan organ genitalia perempuan lebih sensitif terhadap perlukaan saat melakukan hubungan seksual. Melalui cairan vaginal dan pembuluh darah yang ada di sekitarnya maka perempuan lebih cenderung tertular walaupun pasangannya belum tentu tertular melalui hubungan seksual juga, bisa jadi karena penggunaan narkoba suntik atau transfusi darah yang terinfeksi HIV.

Yang lebih memprihatinkan lagi apabila remaja tersebut tertular dari sejak ia lahir karena orang tuanya juga terinfeksi HIV/AIDS. Penularan terjadi saat si ibu melahirkan anaknya (saat persalinan) atau waktu diberikan ASI (walaupun hal ini belum sepenuhnya dibenarkan oleh ilmu kedokteran karena masih dilakukan penelitian lebih lanjut). Remaja dengan HIV/AIDS mempunyai semua ciri-ciri yang dapat dilihat pada orang yang bertahan hidup lama setelah terinfeksi waktu bayi. Angka bertahan hidup bayi-bayi yang terinfeksi dari lahir hingga usia mereka remaja sangatlah kecil. Ketahanan hidup dengan HIV sejak lahir hingga masa remaja sangat tidak mungkin apabila tidak didukung oleh pengobatan yang adekuat (pemberian Anti Retro Viral/ARV secara berkesinambungan misalnya).

Dampak psikologis yang biasa terlihat pada remaja saat mengetahui dirinya terinfeksi HIV/AIDS antara lain adalah marah karena terinfeksi dalam usia muda, gelisah mengenai masa depannya, dan takut akan menyebarkan penyakit tersebut kepada yang lain. Ditambah lagi reaksi lingkungan/masyarakat sekitar terhadap remaja HIV/AIDS ini, seperti diasingkan dan dijauhi oleh masyarakat, dikeluarkan dari sekolah, diusir dari rumah, kesulitan dan ketidakmampuan mencari perawatan yang tepat. Oleh karena itu yang diperlukan bukan hanya sekedar layanan perawatan yang ada, tapi layanan kesehatan khusus yang dilakukan secara holistik meliputi tes HIV dan pengobatannya juga konseling.

Peran perawat dalam menghadapi HIV/AIDS pada remaja dapat dilakukan saat remaja itu sudah terinfeksi ataupun belum. Sifatnya haruslah promotif, preventif, dan kuratif (tindakan kolaborasi dengan medis), serta rehabilitatif. Hal yang sangat perlu diperhatikan dalam melakukan intervensi pada remaja adalah rasa ingin tahu remaja yang sangat tinggi terhadap apa yang terjadi pada dirinya. Informasi tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan HIV/AIDS pastinya memegang peranan penting dalam melakukan penyuluhan/pemberian pendidikan kesehatan pada remaja. Perawat perlu meningkatkan informasi, edukasi, dan komunikasi dalam menjelaskan kebiasaan dan pola hidup remaja yang meningkatkan risiko terinfeksi HIV/AIDS. Antara lain mengklarifikasi cara penularan yaitu melalui kontak seksual (segala jenis aktifitas seksual tanpa pengaman/kegiatan seks yang menyebabkan perdarahan), kontak dengan darah yang terinfeksi (jarum suntik bekas atau yang dipakai bersama, tindik, tranfusi darah yang tercemar/terinfeksi, pisau cukur bersama), dari ibu ke bayinya selama masa kehamilan atau kelahiran. HIV/AIDS tidak dapat ditularkan melalui udara, gigitan serangga, air liur atau berciuman (jika organ mulut tidak ada yang luka/berdarah), sentuhan atau pelukan, makanan, berenang, dudukan WC, atau kondom (selama tidak terjadi kebocoran).

Menjelaskan sikap pencegahan yang dapat dilakukan remaja seperti mengajak remaja menghindari aktifitas berisiko (seks bebas dan penggunaan narkoba suntik), tekankan bahwa remaja yang menunda aktifitas seks akan mengurangi risiko mereka terkena HIV/AIDS, mendorong remaja yang aktif secara seksual untuk menggunakan pengaman (dalam hal ini kondom) setiap melakukan aktifitas seksual, menjelaskan efektifitas kondom dalam mencegah penularan HIV/AIDS, menjelaskan untuk tidak menggunakan secara bersama jarum suntik bagi pengguna narkoba, sarankan pada remaja tersebut untuk menggunakan jarum suntik baru setiap kali memakai narkoba atau fasilitasi remaja pengguna narkoba untuk memiliki jarum suntik baru setiap kali pemakaian, bantu remaja belajar cara berkomunikasi dengan pasangannya mengenai pencegahan dan pengobatan HIV, sarankan setiap pasangan remaja yang aktif secara seksual untuk melakukan tes HIV, bahas bersama dampak emosional, sosial, dan kesehatan dari remaja yang terinfeksi HIV, libatkan remaja dalam merancang setiap program pencegahan HIV/AIDS (menjadikan remaja hanya sebagai objek akan mengacu pada kegagalan setiap intervensi yang diberikan karena lama kelamaan remaja akan menolak diajak bekerja sama).

Pada saat remaja tersebut sudah terinfeksi hal-hal yang dapat dilakukan perawat antara lain adalah mengkaji tanda-tanda infeksi oportunistik (karena dapat memperparah keadaan setelah terinfeksi HIV/penyebab kematian utama pada pasien HIV/AIDS), memberikan obat sesuai indikasi (kolaborasi dengan medis) seperti antiretrovirus (ARV) atau obat-obatan lain yang digunakan untuk mencegah/menangani infeksi oportunistik, berikan nutrisi yang adekuat, identifikasi support system paling kuat yang dimiliki remaja saat itu yang dapat membantunya bertahan hidup, beri kesempatan pada remaja untuk mengungkapkan perasaannya secara verbal agar kemarahan, kegelisahan, dan ketakutan setelah mengetahui dirinya terinfeksi dapat terungkap.

Akhirnya, HIV/AIDS pada remaja merupakan hal krisis yang patut ditangani secepatnya, mengingat pertumbuhan kasus ini meningkat setiap tahunnya. Apabila hal ini tidak diatasi dengan segera yang melibatkan kerja sama berbagai pihak (baik pemerintah, lembaga sosial, masyarakat, instansi-instansi kesehatan), bukan tidak mungkin satu generasi akan hilang. Yang perlu diingat dan diperhatikan adalah akhiri stigma yang ada pada ODHA (dalam hal ini khususnya remaja), penyediaan informasi yang adekuat, tersedianya akses pelayanan kesehatan untuk tes HIV secara konfidensial, penyediaan layanan pengobatan dan perawatan serta konseling, meningkatkan partisipasi remaja dalam penyusunan program, memperkuat kerja sama lintas sektor.

Daftar Pustaka

Muscari, Mary E. (2005). Panduan belajar keperawatan pediatrik. (Terj. Alfrina Hany). Eds. Esty Wahyuningsih. Jakarta: EGC.

Penanggulangan HIV/AIDS pada remaja. (8 September 2006). Diambil tanggal 15 September 2007, dari http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=2218&Itemid=2.

Bagian kelima isu konseling kesehatan reproduksi remaja: seputar pencegahan HIV/AIDS. Diambil tanggal 15 September 2007, dari http://hqweb01.bkkbn.go.id/

hqweb/ceria/mb3hiv.html.

Lindungi remaja dari penularan HIV-AIDS. (18 Agustus 2007). Diambil tanggal 15 September 2007, dari http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=179882.

Kebutuhan remaja yang terinfeksi HIV tidak terpenuhi. (12 Maret 2007). Diambil tanggal 15 September 2007, dari http://www.spritia.or.id/news/bacanews.php?nwno=0127

Mengubah paradigma penanganan HIV/AIDS. (23 Januari 2007). Diambil tanggal 15 September 2007, dari http://www.surya.co.id/web/index.php?option=com_content

&task=view&id=242&Itemid=40.

(lagi! Artikel yang diposting dari tugas kuliahnya si Gembil, semoga bermanfaat! ^^,)

Comments

Popular posts from this blog

Roti Arab vs Tetangga

Croissant 7Days : yang jualan aja kangen!  😍 😅 🍫 Sabar pemirsaaah! Nanti kalo sudah siap jual lagi saya infokan insyallah, sementara ini silahkan pandangi fotonya saja dulu.  😂 😂 😂 Masyaallah ini versi jumbo hazelnut, makan 1 kenyang! Yang jualan aja baru tau sekarang ada versi jumbo dengan rasa baru. Yang jualan gimana siiiih...  😂 😂 😅 Halal? Halal doong! Sering banget dapet pertanyaan ini karena 7Days bukan hanya beredar di Jazirah Arab tapi juga di kawasan Eropa. Pernah baca beberapa artikel dan memfoto detail kemasan box di bagian belakang, tapi sayangnya entah di mana memori fotonya, udah diubek2 gak nemu juga. Barangkali ada di kolong meja, sebentar saya cari... Ah, tapi telusur daring netijen lebih canggih lhaaa dari tukang jualannya. Silahkan dicoba telusur kalo produksi untuk peredaran Eropa dan Jazirah Arab ini berbeda komposisi. Almara'i selaku pemegang lisensi produk 7Days di Jazirah Arab (bukan cuma di Saudi lho yaa produk ini beredar tapi j

Orangtua-mu Surga-mu

"Bunda, kakak gak masak ya hari ini karena produksi browniesnya lagi banyak." Ngechat Whatsapp mamak kayak gini macam laki ngechat bininya, "Neng, abang pulang telat yaa nanti." Siap siap terima nasib liat muka cemberut ples ditekuk.  Kalo cuma balas chat aja sii gak perlu liat ekspresi langsung yaa meskipun diwakili dengan emoticon, tapi kalo pas ngomong langsung itu, mukanya misuh-misuh sambil bilang, "Yaaah, terus bunda makan apa?" Jadi inget dulu waktu SD, pulang sekolah, siang tengah hari bolong, mamak udah siap rapi dengan seragam ngajarnya, sambil buru-buru beresin perlengkapan ke dalam tasnya beliau bilang, "Bunda gak masak yaa, tapi udah dibikinin mie goreng sama tempe goreng, tinggal nyendok nasi." Betapa cepat waktu membalikkan situasi... Bener lha kata banyak orang, sunatullahnya, manusia akan kembali seperti anak-anak semakin menua usianya. Baru ngerasain sekarang dan benar pula adanya menukil ayat Al-Quran,

Throwback Friday Si Gembil Cakery

Tetiba baper pas ngerapiin file-file foto jualan, ketemu mereka semua yg di atas itu... 😂😂😅 Alhamdulillah 'ala kulli hal, Allah azza wa jalla sudah kasi izin 3 tahun ini jatoh-bangun-nyungsep-kejebur-loncat, dari semangat-futur-semangat-futur lagi. Tapi orang mah ngeliatnya kan pas udah enak aja yaa kaaan... Meski sebenarnya ini masih jaaaaaauuuuuh dari enak, jauuuh sekali karena kami pun sedang berusaha bangkit kembali. Yang orang lain lihat, itu dia followersnya udah segitu pasti yg beli banyak. Yang orang lain lihat, itu dia kemasan produknya oke banget pasti modalnya gede. Tapi kan orang gak lihat gimana kinyis-kinyisnya kami saat harus bangun jam 2 dini hari di akhir pekan supaya bisa gelar lapak di pasar pagi dadakan. Tapi kan orang gak lihat kalo mau pinter harus belajar, investasi ikut kursus, kelas online dan offline ini itu. Sampe-sampe qadarullah Papa Brow kena sakit batu ginjal... 😂😂😅 Sedih tapi geli terkekeh juga inget masa-masa