Skip to main content

Krisis Diri Pada Remaja

Dunia remaja merupaka dunia paling kompleks untuk diselami. Remaja pada umumnya lebih senang untuk menutup diri mereka rapat-rapat terhadap segala intervensi yang dilakukan orang di luar dunia mereka. Mereka menganggap intervensi yang dilakukan hanya mengganggu dan mengusik ketentraman hidup yang mereka miliki saat ini.

Remaja berlangsung antara umur 11-20 tahun bagi perempuan, dan 12-21 tahun bagi laki-laki. Dalam pengertian psikologis, remaja adalah suatu usia di mana seseorang berpindah ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana seorang anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau sejajar dengan yang lainnya. Usia remaja merupakan ajang untuk mencari jati diri. Pengekangan otoriter orang tua terhadap remaja secara perlahan akan berbuntut pada tuntutan remaja untuk mandiri dan memiliki dunianya sendiri.

Perkembangan di usia remaja menuntut banyak perubahan, baik dari segi biologis, kognitif, moral, ataupun psikologis. Pada tahap perkembangan ini, suasana hati atau yang biasa disebut dengan mood, dapat berubah kapanpun juga dengan sangat cepat. Mood swing atau perubahan mood yang drastis dan tiba-tiba seringkali disebabkan karena berbagai hal yang terjadi pada dirinya. Dan dalam hal kesadaran diri (self-awareness), pada masa remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri dan keberadaan diri mereka. Menurut Erikson (Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik, 2005), kebudayaan modern cenderung membentuk perkembangan identitas sebagai sesuatu yang menantang. Remaja yang tidak dapat mengembangkan dan mengatasi perasaan siapa mereka dan akan menjadi apa mereka, dapat mengalami difusi peran dan ketidakmampuan mengatasi konflik. Hal inilah yang disebut dengan krisis diri pada remaja yang melibatkan banyak aspek seperti krisis jati diri, krisis percaya diri, krisis konsep diri, krisis peran; dan pada akhirnya menimbulkan berbagai masalah-masalah yang seringkali ditemui pada dunia remaja karena ingin membuktikan eksistensinya.

Pertumbuhan fisik dan emosi yang begitu cepat pada diri remaja, sering menimbulkan berbagai konflik dan benturan dalam diri remaja. Perubahan fisik yang belum serasi dan sikap orang-orang di sekeliling remaja yang dianggapnya tidak memahami dirinya, benar-benar memberi rasa tidak nyaman pada diri remaja. Bias-bias ketidakpuasan ini akibat kesulitan beradaptasi baik dengan dirinya, maupun dengan keluarga dan lingkungan, muncul dalam bentuk kenakalan remaja dan sikap-sikap negatif seperti berbohong, kabur dari sekolah, mencuri kecil-kecilan, merokok, menenggak minuman keras, menggunakan obat bius, menderita stress, depresi bahkan bunuh diri.

Seperti yang kita ketahui, ada tren negatif yang merebak akhir-akhir ini di kalangan remaja. Mengakhiri hidup bila merasa sudah tidak berguna dan merasa tidak berarti lagi untuk hidup. Bunuh diri di kalangan remaja mengalami peningkatan kasus. Pemicunya macam-macam: dari yang tidak lulus ujian, tidak mampu membayar iuran sekolah, umumnya remaja bunuh diri karena ada stresor psikososial. Itu bisa berupa tekanan dari keluarga, lingkungan, atau kondisi sosial ekonomi yang rendah.

Bunuh diri merupakan puncak dari frustrasi. Pelaku merasa tidak ada solusi terhadap masalahnya, tidak ada harapan. Pencetusnya sering kali tampak sepele tetapi sebenarnya ada masalah yang terakumulasi sejak lama. Bunuh diri pada remaja itu merupakan barometer adanya suatu ketidakmampuan remaja dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi, kurangnya mekanisme koping yang dimiliki dalam mengatasi stress.

Remaja yang mempunyai risiko bunuh diri, umumnya mempunyai ciri-ciri seperti: dikenal lingkungannya sebagai anak "baik", memiliki tuntutan kemampuan yang tinggi, punya minat dan keinginan tinggi, memiliki karakter perfeksionis atau selalu harus sempurna, kesulitan untuk dapat menerima kekurangan diri, prestasi akademik mulai kurang sampai di atas rata-rata.

Bunuh diri pada remaja sering berhubungan dengan stresor yang terjadi sesaat. Faktor pencetus yang mendahului tindak bunuh diri pada remaja umumnya karena konflik dan pertengkaran dengan anggota keluarga (adik, kakak atau orang tua), menghindari atau antisipasi terhadap hukuman, misal dari orang tua, guru atau polisi karena kesalahan yang dibuatnya, kehilangan muka atau dipermalukan di depan teman-temannya, pertengkaran dengan pacar atau putus cinta, kesulitan di sekolah baik akademis, hubungan interpesonal atau keuangan, perpisahan dengan orang yang berarti bagi dirinya, penolakan baik oleh orang tua, teman atau lingkungannya.

Untuk mengatasi krisis diri yang terjadi pada remaja, orang tua, pendidik, ataupun lingkungan dapat melakukan hal-hal berikut ini:

  1. Memberi penyuluhan kepada orangtua bagaimana menyikapi ulah remaja.
  2. Menyadarkan orangtua untuk tidak memperlakukan remaja sebagai anak kecil tetapi menghormati jati dirinya. Orang tua tidak boleh membedakan perlakuan di antara anak-anaknya.
  3. Menumbuhkan budaya pujian dan menjauhkan kritik serta cemoohan bagi tingkah laku remaja.
  4. Mengisi waktu kosong remaja dengan berbagai aktifitas yang bermanfaat dan menyedot energi remaja seperti olahraga, pramuka, kesenian dan sebagainya.
  5. Mengobati stress dan depressi pada remaja sedini mungkin dengan bantuan psikiater.

Daftar Pustaka

Muscari, Mary E. (2005). Panduan belajar keperawatan pediatrik. (Terj. Alfrina Hany). Eds. Esty Wahyuningsih. Jakarta: EGC.

Mengapa remaja bunuh diri. (2004). Diambil tanggal 15 September 2007, dari http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0604/13/hikmah/konsultasi.htm.

(siapa tahu ada yang perlu artikel tentang ini, makanya di posting ke blog even ini tugas kuliahnya si Gembil. Semoga bermanfaat!^^,)

Comments

Popular posts from this blog

Roti Arab vs Tetangga

Croissant 7Days : yang jualan aja kangen!  😍 😅 🍫 Sabar pemirsaaah! Nanti kalo sudah siap jual lagi saya infokan insyallah, sementara ini silahkan pandangi fotonya saja dulu.  😂 😂 😂 Masyaallah ini versi jumbo hazelnut, makan 1 kenyang! Yang jualan aja baru tau sekarang ada versi jumbo dengan rasa baru. Yang jualan gimana siiiih...  😂 😂 😅 Halal? Halal doong! Sering banget dapet pertanyaan ini karena 7Days bukan hanya beredar di Jazirah Arab tapi juga di kawasan Eropa. Pernah baca beberapa artikel dan memfoto detail kemasan box di bagian belakang, tapi sayangnya entah di mana memori fotonya, udah diubek2 gak nemu juga. Barangkali ada di kolong meja, sebentar saya cari... Ah, tapi telusur daring netijen lebih canggih lhaaa dari tukang jualannya. Silahkan dicoba telusur kalo produksi untuk peredaran Eropa dan Jazirah Arab ini berbeda komposisi. Almara'i selaku pemegang lisensi produk 7Days di Jazirah Arab (bukan cuma di Saudi lho yaa produk ini bere...

Orangtua-mu Surga-mu

"Bunda, kakak gak masak ya hari ini karena produksi browniesnya lagi banyak." Ngechat Whatsapp mamak kayak gini macam laki ngechat bininya, "Neng, abang pulang telat yaa nanti." Siap siap terima nasib liat muka cemberut ples ditekuk.  Kalo cuma balas chat aja sii gak perlu liat ekspresi langsung yaa meskipun diwakili dengan emoticon, tapi kalo pas ngomong langsung itu, mukanya misuh-misuh sambil bilang, "Yaaah, terus bunda makan apa?" Jadi inget dulu waktu SD, pulang sekolah, siang tengah hari bolong, mamak udah siap rapi dengan seragam ngajarnya, sambil buru-buru beresin perlengkapan ke dalam tasnya beliau bilang, "Bunda gak masak yaa, tapi udah dibikinin mie goreng sama tempe goreng, tinggal nyendok nasi." Betapa cepat waktu membalikkan situasi... Bener lha kata banyak orang, sunatullahnya, manusia akan kembali seperti anak-anak semakin menua usianya. Baru ngerasain sekarang dan benar pula adanya menukil ayat Al-Quran, ...

Millenial Ouch!

2 orang a-be-ge wanita yang duduk di sebelah meja kami tampak sibuk dengan gadget masing2, sesekali mereka selingi dengan berbincang tapi mata dan wajah tidak teralih dari layar gawai kekinian. Di depan mereka masih tersaji makanan dan minuman yg mereka pesan tapi terabaikan. Tak berapa lama berselang, (sebut saja) abege A mengangkat telpon, "Oiya bapak di mana pak? Itu lho pak yg di depan Tip Top Rawamangun!" Telpon ditutup. Lalu abege A yg memang terlihat lebih aktif dari temannya, beranjak dari kursi dan mengajak temannya tersebut pergi. Saya dan suami saling tatap dan mata kami tertuju ke meja tempat mereka tadi duduk, melihat sedih ke arah makanan dan minuman yg tersisa. 1 hari sebelumnya, saat kami makan pagi di sebuah penginapan, kami mengalami kejadian yg persis sama. Kali ini kakak beradik di usia akhir remaja mereka, 18-20 tahunan perkiraan kami. Duduk di depan meja yg sudah tersaji makanan, sibuk dengan gadget masing2, bahkan yg adik sedang sibuk Live I...